Rabu, 11 Juli 2018

BOOK REVIEW : THE WAY I USED TO BE By AMBER SMITH




Judul : The Way I Used To Be
Penulis : Amber Smith
Penerjemah : Orinthia Lee
Penerbit : Spring
Cetakan 1 : September 2017
Tebal : 392 halaman
ISBN : 978-602-6682-04


***

BLURB :

Eden adalah anak yang baik. Masa SMA sama sekali tidak mengubahnya. Namun, malam saat dia diperkosa oleh sahabat kakaknya telah mengubah segalanya.

Kehidupan yang tadinya sederhana, menjadi sangat rumit. Apa yang tadinya dia sukai, kini dia benci. Apa yang tadinya dia pikir benar, ternyata adalah sebuah kebohongan besar. Tidak ada yang masuk akal lagi.

Eden tahu dia harus memberitahu seseorang, tapi dia tidak bisa. Dia malah mengubur rahasia itu dalam-dalam. Namun, saat ada orang yang benar-benar peduli padanya, akankah dia tetap menguburnya?

***




Assalamualaikum, selamat siang.

Ada yang sudah baca buku ini? Setahun yang lalu buku ini sangat populer, karena mengangkat tema yang masih dianggap tabu di masyarakat kita. Yup, buku ini mengangkat tema pelecehan seksual, khususnya pemerkosaan. Ini cukup menarik, karena novel ini akan diceritakan dari sisi korban, Eden. Sebelum membahas cerita ini, aku ingin berterima kasih sama Kak Andry Setiawan yang sudah memberikan buku ini padaku sebagai hadiah giveaway yang beberapa waktu lalu dia adakan. Maaf ya Kak, baru bisa review sekarang. Nah, mari kita mulai..

Tak kan ada yang percaya padamu. Kau tau itu. Tidak seorang pun. Tidak akan pernah.
- page 11

The Way I Used To Be bercerita tentang Eden, seorang gadis yang menjadi korban pemerkosaan dari orang terdekatnya sendiri. Pelaku pemerkosaannya itu adalah Kevin, sahabat dekat kakak Eden, Caelin. Di sini konflik dimulai. Pergulatan batin Eden antara ingin memberitahu seseorang tapi juga takut tidak akan ada percaya dan yang paling buruk, Kevin yang mengancamnya untuk tutup mulut atau dia benar-benar akan membunuhnya, serta kekhawatiran akan kehidupannya yang akan dia jalani setelah dia diperkosa.

Novel yang dibagi menjadi 4 bagian ini memakai sudut pandang orang pertama, dalam hal ini Eden. Di bagian pertama, tahun freshman. Sebelumnya aku jelaskan dulu tentang tingkatan jenjang sekolah di luar negeri khususnya di USA. Soalnya ini cukup penting sih dalam cerita. Tapi aku cuma fokus sama jenjang SMA saja ya. Karena tokoh kita ini duduk di bangku SMA. Jadi di USA jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) itu ditempuh selama 4 tahun yaitu saat usia 14-17 tahun. Tahun pertama disebut “freshman”, kedua “sophomore”, ketiga “junior”, keempat “senior”.

Selama di sekolah, mereka akan mendapatkan pengertian lebih mendalam tentang subyek utama di SMA. Siswa juga dapat memilih subjek pilihan mereka sendiri. Dan untuk siswa yang ingin meneruskan ke universitas, dia harus lulus dalam ujian yang dikenal dengan nama SAT (Scholastic Aptitude Test). Namun demikian, siswa internasional biasanya hanya harus membuktikan kemampuan bahasa Inggrisnya dengan nilai TOEFL mereka.

Nah, balik lagi ke review, tokoh kita Eden ini, saat diperkosa dia masih duduk di tahun freshman. Dengan kata lain masih berusia 14 tahun. Memikirkan hal itu beneran miris. Anak seusia itu sudah diperkosa dan mengalami ketakutan yang sangat. Itu bisa dijelaskan di halam pertama bagian satu.

TidakNyataTidakNyataTidakNyata.
Ulangi, ulangi, ulangi.
Seperti sebuah mantra.
Seperti sebuah doa.
Page 7


Tubuhku adalah ruang penyiksaan.
Tempat kejadian kriminal sialan.
Hal-hal mengerikan pernah terjadi di sini,
bukan sesuatu untuk dibicarakan,
bukan sesuatu untuk dikomentari secara terbuka.
- page 120


Bisa dibayangkan kan? Betapa terguncangnya Eden. Berulang kali dia meyakinkan pada dirinya sendiri kalau semua yang dia alami itu tidak nyata, semua itu hanyalah mimpi, tapi tentu saja tetaplah tidak bisa. Karena semua bukti yang ada di dirinya mau pun keadaan kamarnya membuktikan kalau semua yang terjadi itu benar-benar nyata. Dia benar-benar diperkosa. Dari halaman awal beneran dah nyesek ini.


Orang lebih suka percaya pada kebohongan-kobohongan dan menutup mata pada semua kerusakan yang dilakukannya.
- Page 37


Di bagian pertama ini sebenarnya aku sempat sedikit bingung, karena banyak sekali karakter yang muncul secara bersamaan. Khususnya saat klub buku makan siang (?) kalau nggak salah ingat, dibentuk. Tapi ternyata itu nggak berlangsung lama, karena semakin ke belakang aku semakin terbiasa dengan kehadiran mereka. Untuk lebih mudah, mari berkenalan dengan beberapa dari mereka.

Eden. Dia adalah gadis biasa yang masih duduk di tahun pertama SMA. Eden itu bisa dibilang kutu buku, dia gadis yang tertutup bahkan terhadap keluarganya sendiri. Sejak peristiwa pemerkosaan yang menimpanya. Banyak hal yang berubah pada diri Eden.

Mara. Sabahat Eden ini punya kepribadian yang lebih ceria dibandingkan Eden. Walau pun mereka sama-sama kutu buku. Selain itu dia juga menyukai musik dan bergabung dalam sebuah band.

Caelin. Kakak Eden. Kebanggaan keluarga karena luar biasa pintar dan mempunyai banyak prestasi. Caelin itu mampu melakukan apa pun. Walau pun dia kadang bertengkar dengan adiknya, dia  benar-benar menyayangi Eden.

Kevin. Sahabat dekat Caelin, pelaku pemerkosa Eden. Kedekatannya dengan Caelin membuat orang tua Eden menganggapnya sebagai anak sendiri. Makanya tak heran jika Kevin bebas keluar-masuk rumah Eden sesuka hati.

Josh. Atlet baseball di sekolah Eden. Dia itu pemuda yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Dia juga benar-benar menyayangi Eden.

Masih banyak tokoh lain sebenarnya, yang aku sebutin tadi adalah orang-orang yang bakalan banyak/sering muncul dalam cerita novel ini. Kalau ingin tahu karakter lainnya kalian harus baca novel ini sendiri.


Dan aku benar-benar penasaran bagaimana orang bisa bersikap senormal ini.
Bagaimana mereka bisa tahu begitu saja apa yang harus diucapkan dan dilakukan.
- page 40



...tersenyum terkadang menyakitkan.
Senyuman terkadang terasa seperti kebohongan besar yang pernah kuucapkan.
- page 154

    Jujur, baca novel ini itu terasa berat. Berat ceritanya, berat konfliknya, berat perasaan kita karena emosi dari novel ini beneran terasa di kita pas baca. Kita bakal diajak memahami cerita dari sisi Eden. Diawal cerita khususnya bagian 1 aku dibuat simpati akan keadaan Eden. Entah kenapa di bagain 2-3 aku dibikin benci (?) sama dia. Perubahan yang terjadi pada diri Eden sangat mencolok banget buat aku. Aku tahu itu adalah sebagai bukti pertahanan diri dia, bukti kalau dia 'baik-baik saja' tapi entah kenapa rasanya kok malah bikin aku sebel ya. Jadi rasanya itu antara sebel/kesel yang juga campur maklum karena aku tahu alasan dia melakukan semua itu. Bingung kan ya jadinya? 

    Semua perasaan Eden dan perasaan kita pas baca itu rasanya bercampuraduk. Kita akan tahu apa yang sebenarnya terjadi, perasaan dia, ketakutannya, gejolak pikiran dan batinnya, pokoknya semua. Semua itu asli asli terasa beneran nyesek. Ada bagian di mana aku sebagai pembaca bisa merasa seperti beneran di posisi Eden. Emosi tokohnya kerasa banget pokoknya. Salut deh sama penulisnya yang bisa mendiskripsikan semua itu dengan nyata.

Yang jelas aku suka banget sama cerita ini, dari alurnya, konfliknya yang mencakup banyak hal baik permasalahan Eden sendiri, keluarga, pertemanan, cinta, penyelesaiannya walau pun di ending ada 1 hal yg amat sangat aku sayangkan *peluk Josh*, aku juga berharap bisa tahu nasib dari tokoh lainnya karena di sini tidak terlalu banyak dijelaskan. Tapi di luar itu, aku beneran puas sama ceritanya. Sejauh aku baca, terjemahannya enak dan aku sampai lupa nemu typo apa nggak saking larutnya dalam cerita.


Dan aku tidak kuat. Aku lemah.
Sangat lemah, seperti yang selalu kutahu tentang diriku,
seperti yang semua orang tahu tentang aku. Itu terlalu memalukan.
- page 187


Dari segi pesan, penulis berhasil menyampaikan pesan cerita dengan baik. Intinya kalau ketemu orang-orang seperti Eden, yang menjadi korban itu jangan dijauhi. Justru kita itu harus mendekatinya, merangkul mereka. Keadaan mereka sudah cukup sulit, nggak sedikit dari mereka yang mengalami trauma baik fisik maupun psikis. Jadi berhenti menyudutkan mereka dengan komentar nggak baik karena itu justru membuat mereka semakin menutup diri atau pada akhirnya justru malah menghancurkan dirinya sendiri.

Akankah ada yang peduli?
Akankah ada yang menyadari?
Bagaimana jika suatu hari aku tidak ada di sini lagi?
Bagaimana jika suatu hari semuanya berhenti begitu saja?
Bagaimana jika? Bagaimana jika? Bagaimana jika?
- page 298


Di sekitar kita masih banyak Eden-Eden lain yngg membutuhkan pertolongan. Mari menjadi orang yang lebih peka, menjadi orang yang bisa memahami mereka sedikit aja, jangan mudah menghakimi dan me-judge mereka.



Aku butuh seseorang. Aku benar-benar membutuhkan seseorang.
- page 341


Buku ini diperuntukkan untuk pembaca dewasa. Banyak kata-kata dan adegan dewasa di sini. Tidak hanya itu, konflik yang cukup berat membuat buku ini lebih diperuntukkan mereka yang selain sudah mempunyai usia cukup juga mempunyai kesiapan pikiran dan mental untuk membacanya. Aku beneran merekomendasikan buku ini untuk kalian yang ingin membaca cerita yang berbeda, kalian yang suka cerita bertema psikologi dan kalian yang suka cerita dengana konflik berat tapi tetap menyenangkan untuk dibaca. Ketemu lagi di review buku lainnya. See you..

Rate : 4,5/ 5 bintang


Lima menit. Tiga ratus detik. Hanya itu. Itu bisa terlihat seperti waktu yang singkat ataupun waktu yang panjang, tergantung apa yang sedang terjadi.
- page 382


Saat seseorang mengancam hidupmu, itu bukanlah kata-kata kosong.
- page 1383


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN Judul : Bokutachi no Unmei Penulis : Orihara Ran Penerbit : Penerbit Diva Press Cetakan pert...