Judul : Absolute Justice
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Nurul Maulidia
Penerbit : Penerbit Haru
Cetakan Pertama : Mei 2018
Tebal : 268 halaman
ISBN : 978-602-51860-1-1
***
BLURB :
Seharusnya monster itu sudah mati....
***
Assalamualaikum, minna-san~
Hari ini aku kembali bareng novel karya Akiyoshi Rikako-sensei. Tahu kan aku penggemar sensei satu ini. Novel-novel karya beliau beneran sukses membuatku yang tadinya nggak suka baca genre mystery-thriller, jadi menyukai genre ini.
Well, novel ini bisa dibilang termasuk salah satu novel sensei yang wajib dibaca. Pertama lihat covernya yang cantik sekaligus bikin merinding. Angkat jempol deh buat Kak Pola yang sukses mendesain novel ini. Kalau kalian udah baca novel ini pasti bilang kalau cover novel ini beneran mempresentasikan sosok Noriko, tokoh dalam novel ini. Siapa Noriko itu?
Lalu, blurb atau sinopsis di belakang novel ini itu beneran sinopsis terpendek yang pernah aku baca dari novel-novel yang pernah aku temui. Bayangkan saja, cuma satu kalimat..
“Seharusnya monster itu sudah mati....”
Satu kalimat yang terdiri dari lima kata dan sukses membuat siapa pun yang baca penasaran. Jadi, cerita macam apa sih sebenarnya yang ingin disuguhkan dalam novel ini? Kok ada kata monster? apakah ini cerita fantasi? Seharusnya... sudah mati... apakah ada yang hidup lagi? Atau bakal jadi cerita hantu? Well, penasaran kan? Nah, mari kita bahas.
***
Jadi novel ini bercerita tentang kisah persahabatan 5 gadis yang duduk dibangku SMA. Mereka adalah Noriko, Kazuki, Yumiko, Riho dan Reika. Dari kelima gadis itu, sosok Noriko dianggap sebagai sosok yang paling sempurna dan diidolakan semua orang. Noriko adalah sosok yang sangat patuh terhadap aturan. Semua yang dia katakan adalah “kebenaran”. Noriko selalu menjadi panutan bagi semuanya.
Tapi siapa sangka semua “kebenaran” yang dilakukan Noriko itu justru membuatnya menjadi sosok seorang “monster berkedok kebenaran”. Keempat sahabat Noriko memutuskan menghabisi nyawa Noriko. Dan berhasil, “monster” itu sudah mati. Tapi beberapa tahun kemudian, mereka menerima sebuah surat undangan berwarna ungu, warna kesukaan Noriko. Dan pengirim undangan itu bernama Noriko. Apa mungkin Noriko masih hidup? Bukannya mereka berempat dulu sudah menyaksikan sendiri dan yakin kalau Noriko sudah benar-benar mati?
Arggghhh.. Buku ini beneran bikin jengkel. Sebelas dua belas sama Holy Mother, yah walau pun Holy Mother masih tetap jadi terbaik diantara karya sensei lainnya. Jadi bisa dibilang baca Absolute Justice itu berasa baca 3 novel sensei lainnya. Maksudnya dalam novel ini kita bakal menemukan gaya penceritaan yang hampir sama dari novel Girl in the Dark (GitD). Di novel GitD kita bakal disuguhkan cerita menggunakan PoV orang pertama dari semua tokohnya (kecuali tokoh yang mati tentunya) yang dibagi dalam tiap babnya. Sedang di novel ini cerita sama juga dibagi dalam beberapa bab, hanya saja tiap bab memakai pov ketiga dari setiap tokohnya. Dengan kata lain setiap bab kita akan membaca cerita dari sudut pandang Kazuki, Yumiko, Riho dan Reika.
Lalu, selain GitD, kita juga akan merasa membaca The Death Return (TDR). Maksudnya konsep yang dipakai ya, tentang sesuatu yang hidup kembali. Di TDR, Nobuo diceritakan hidup kembali dalam tubuh orang lain. Nah, kalau di Absolute Justice ini sosok Noriko pun terlihat hidup kembali. Tapi kita nggak akan tahu, Noriko itu benar-benar sudah mati, lalu hidup kembali, atau memang dia tidak mati. Atau ini hantu Noriko, atau lainnya.
Dan terakhir Holy Mother. Kenapa aku bilang mirip Holy Mother? Jalan cerita novel ini itu beneran nggak tertebak dari awal seperti Holy Mother. Kalau HM ceritanya terkesan gila dan isinya yang beneran bikin bergidik ngeri. Tapi punya ending yang beneran tak terduga, bikin berdecak kagum sekaligus pengen memaki dan membanting bukunya. Maka novel AJ pun hampir sama. Selain alur yang sulit ditebak, sepanjang cerita aku itu dibuat jengkel sama sikap Noriko. Dalam hati aku berkata, aku pun bakal melakukan hal yang sama seperti 4 sahabat itu kalau di dunia ini kenal orang seperti Noriko, mungkin aku juga bakalan pengen bunuh dia. Asli, ini beneran buku paling menjengkelkan yang pernah aku baca. Huft..
“Manusia harus menuruti aturan.”- Page 20
Dari segi penokohan ada Takaki Noriko yang bekerja sebagai penanggung jawab keuangan di sekolah yang didirikan Riho dan suaminya. Walau pun dalam buku ini tidak ada pov dari Noriko, tapi entah kenapa sosok Noriko justru punya karakter yang sangat kuat. Bukan berarti keempat tokoh lainnya nggak kuat ya. Cuma yang paling menonjol di sini memang Noriko.
Semua yang dikatakan Noriko itu benar. Baginya kebenaran itu mutlak. Kebenaran itu hal yang paling penting di dunia, tanpa pandang bulu siapa pun diri kamu. Mau anak kecil/orang dewasa, mau keluarga/sahabat/orang tak dikenal, siapa pun itu. Intinya tidak ada batas toleransi dalam hukum. Kalau kamu melanggar aturan maka kamu harus dihukum.
“Sepenuh hati dan berkeringat darahbukan alasan untuk melakukan pelanggaran hukum.”- Page 73
Imamura Kazuki, penulis buku nonfiksi ternama, bahkan beberapa karyanya yang sudah diadaptasikan dalam drama televisi. Sejak SMA Kazuki mengidolakan Noriko, hanya saja saat dia tahu “kebenaran” yang sebenarnya, bagi Kazuki sosok Noriko lebih cocok disebut sebagai Cyborg Kebenaran.
“Noriko hanya melakukan hal yang benar.Noriko adalah esensi kebenaran itu sendiri,dari kepala hingga ujung kali.”- Page 89
Nishiyama Yumiko, ibu dari 2 orang anak. Bekerja part-time di beberapa tempat demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena suaminya tak bisa diandalkan. Bagi Yumiko, Noriko adalah pahlawan kebenaran. Tapi entah kenapa pahlawan kebenaran itu sekarang berubah menjasi Monster Kebenaran bagi Yumiko.
“Kebenaran itu tidak memedulikan tempat,tidak memedulikan siapa orangnya,menunjukkan kebenaran tanpa etika,kebenaran yang memaksa”- Page 160
Riho Wiliams, pendiri International Kids Academy, yang saat ini sudah mempunyai cabang di beberapa kota di luar Tokyo. Sempat mempekerjakan Noriko di sekolahnya sebagai pengawas bagian keuangan, karena kekaguman dan kepercayaannya pada Noriko. Sampai “kebenaran” itu menyadarkannya, baginya Noriko adalah Kebenaran Tanpa Busana.
“Selain kebenaran, apa ada dasar lain yang bisa dijadikan ukuran?”- Page 219
Reika. Sejak SMA Reika berhasil bermetamorfosis dari artis cilik menjadi artis yang selalu kebanjiran pekerjaan. Tapi dunia hiburan membuat Reika terbawa arus, dan Noriko berhasil menyelamatkannya. Sejak saat itu Reika menganggap Noriko sebagai penyelamatannya. Lalu beberapa tahun kemudian, saat Reika kembali meminta bantuannya, sosok Noriko sudah berubah menjelma menjadi Iblis Kebenaran.
Seperti biasa sensei sukses membuat cerita yang mengejutkan. Ending twist sudah tidak diragukan lagi, bikin gemes. Tapi efek pas baca itu lho yang beneran nyebelin. Sepanjang cerita rasa kesal dan jengkel sama Noriko itu benar-benar mendominasi. Oke, kalau boleh jujur semua yang Noriko bilang itu memang benar. Iya, benar. Sesuai aturan yang ada. Tapi rasanya kalau benar-benar diterapkan di dunia ini senyata-nyatanya, aku beneran nggak bisa. Walau pun hukum itu benar, tapi sebagai manusia masih kita masih punya hati nirani kan? Selesai baca ini sempat mikir, kebenaran itu sebetulnya apa sih?
Abaikan deh, yang jelas aku beneran menikmati baca buku ini. Dengan segala perasaan dan emosinya yang campur aduk itu. Aku rekomendasikan buku ini untuk kalian pecinta cerita misteri-triler, atau mungkin pecinta kebenaran (?). Nggak sabar baca buku sensei yang lain. Masih kurang Schedule of Suicide Day dan Gisselle yang baru akan terbit. Adakah yang mau belikan biar koleksi buku Akiyoshi Rikako sensei-ku lengkap?
Sampai ketemu di review lainya. Janmattane~
Rate 4/5 bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar