Judul : Evergreen
Penulis : Prisca Primasari
Editor : Anin Patrajuangga
Penata isi : Lisa Fajar Riana
Desain Cover & Ilustrasi : Lisa Fajar Riana
Penerbit : Grasindo
Cetakan kedua : Oktober 2013
Tebal : 204 halaman
ISBN :978-602-251-940-9
***
BLURB :
Konichiwa! Selamat datang di EVERGREEN, kafe es krim penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu…
Tempat yang menghangatkan, nahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois sepertimu, Rachel!
Di kafe itu, kau akan menemukan sebuah dunia baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku, itu bagus! Apa enaknya sih kerja jadi editor?
Namun, sebenarnya butuh berapa banyak kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoism? Atau yang kau butuhkan sebenarnya hanya kasih saying? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?
***
Assalamualaikum,
selamat siang. Hari ini masih dengan novel karya Kak Prisca, yaitu Evergreen. Seperti
novel French Pink kemarin novel ini masih mengambil setting tempat di negara
Jepang. Tapi ceritanya kali ini berbeda. Apa bedanya? Mari kita mulai kulik
satu per satu.
Novel
Evergreen ini bercerita tentang Rachel, wanita keturunan Jepang-Kanada yang
baru saja dipecat dari sebuah perusahaan penerbit ternama tempat dia bekerja
sebagai editor selama kurun waktu empat tahun. Merasa sangat sedih, dia mencoba
mencari kenyamanan dari para sahabatnya yang justru berujung dengan pemutusan
hubungan. Merasa tidak ada lagi yang peduli dengannya, Rachel mulai mempunyai
kecenderungan untuk jisatsu (bunuh
diri).
Beruntung dia
menemukan Evergreen, sebuah kedai es krim yang memiliki pengawai dan pemilik
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Di sanalah akhirnya Rachel menyadari
dan belajar banyak hal dari mereka.
***
Baca novel
Evergreen ini terasa beda jika dibandingkan dengan buku-buku Kak Prisca
lainnya. Apa ya? Ehm, buku ini itu rasanya tidak mengandung magic. Tapi perasaan hangat pas baca itu
tetap bisa didapat, khususnya saat menyangkut orang-orang Evergreen. Jadi buka
berarti buku ini tidak bagus ya. Justru setelah baca ada perasaan healing gitu.
“Bagaimana caranya tersenyum seperti itu…?” – Rachel (hal 44)
Di awal
cerita, aku dibuat sebel bahkan muak sama main
character kita, Rachel. Mungkin
nggak cuma aku yang merasakannya. Dia itu beneran sosok wanita yang egois, suka
mengeluh, yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Bagi wanita cantik ini, dunia
harus berputar di sekitarnya, semua orang harus memedulikannya. Bikin kesal
banget kan ya? Untung saja, dengan seirng berjalannya cerita, karakter mantan
editor ini mulai berubah menjadi lebih baik.
“Orang-orang di kedai ini memiliki kesulitan yang mungkin tidak dialami orang lain. Tapi kami selalu berusaha tersenyum. Demi orang yang kami cintai.” – Yuya (hal 132)
Selain Rachel,
ada banyak karakter di sini. Sebut saja Yuya,
pemilik Evergreen. Pria yang suka berdandan ala gothic dan menghabiskan
waktunya dengan membaca komik ini sekilas terlihat serampangan. Tapi aku merasa
dia itu sosok paling bijak. Dia selalu menjadi orang yang paling memahami di
kedai, juga orang yang paling dihormati. Sayangnya, buatku sosok Yuya ini masih
terkesan misterius. Latar belakangnya di sini masih kurang diceritakan.
“Aku tersenyum karena tidak ingin menangis.” – Fumio (hal 105)
Lalu ada Fumio Kitahara dan adiknya Toshi. Fumio adalah karakter favoritku
di sini. Pria yang selalu memberikan senyuman terbaiknya ini ternyata memiliki
kisah hidup yang sangat memilukan. Aku nggak bakal menyebutkan kisah hidupnya
seperti apa, yang jelas Fumio merupakan sosok kakak yang akan diidamkan oleh
banyak orang. Sosoknya yang kuat dan mandiri itu benar-benar sangat membekas
untukku. Adiknya Toshipun begitu. Rasanya pengen memberikan pelukan buat dua
bersaudara ini, huhuhu…
“Seringkali kau tidak menyadari betapa kau sangat membutuhkan sahabatmu.” – Akari (hal 83)
Kemudian ada
Akari Nakashima atau Kari. Gadis tomboy dan keras kepala. Awal
bertemu Rachel, dia selalu menunjukkan ketidaksukaannya secara terbuka. Awalnya
aneh, tapi semakin kebelakang, saat tahu kisah hidupnya, akupun mulai paham. Dia
bisa dibilang gadis yang malang juga. Aku suka sama sikap setianya itu.
Ada juga
Gamma Putra, blasteran Jepang-Indonesia yang pandai banget bikin es krim dan dessert. Sama seperti pegawai lain, dia
juga memiliki kisahnya sendiri. Namun, karena semuanya sudah lama berlalu dia
sudah bisa menerimanya dan merupakan sosok yang terlihat paling tenang.
“Menurutku kenangan tidak perlu dibagi. Kalau dibagi, tidak akan terasa istimewa lagi.” – Toichiro (hal 41)
Dan yang
terakhir ada Akira Toichiro. Dia adalah pelanggan tetap Evergreen. Pria yang
suka membaca kumpulan cerita Akutawa Ryunosuke itu sosok yang pendiam. Dia sangat
betah duduk berlama-lama di kedai saat sedang tidak sedang bekerja. Dia memiliki
keterikatan dengan Rachel.
Cukup
membuat penasaran bukan para karakter mereka ini? Walaupun kisah awal dibuka
dengan cerita Rachel, buku ini nyatanya berisi kisah mereka semua. Jadi bisa
dibilang, Evergreen ini merupakan penghubung semua karakter yang ada, seperti
rumah yang siap menjadi tempat pulang dan menampung mereka semua.
Oke,
menurutku novel ini itu bukan masuk genre roman tapi lebih ke Healing Fiction. Walaupun kesannya beda
dengan buku-buku penulis yang biasanya bertebaran sihirnya, aku lumayan suka
sama buku ini. Meski konfliknya tidak berat, tapi setiap kisah itu memiliki
pembelajarannya tersendiri. Terus hal yang paling aku suka di sini adalah
interaksi antar karakternya. Mereka semua sebenarnya orang asing, tapi
kehangatan dalam setiap interaksinya tidak kalah dengan keluarga sendiri.
Lalu hal lain yang menurutku sangat menarik adalah acara gathering Evergreen. Kegiatan ini diadakan setiap bulan dan diikuti oleh semua pegawai Evergreen. Tapi terkadang Toichiro pun ikut di dalamnya karena dia merupakan pelanggan lama kedai itu. Di setiap gathering, salah satu orang akan menceritakan kenangan mereka. Yah, kenangan apapun. Bisa sedih, senang, lucu dan lainnya. Ini menurutku sangat unik. Selain bisa berbagi kisah dengan orang lain, acara semacam ini menurutku cukup membuat setiap orang lebih saling mengenal dan menjadi lebih dekat.
“Aku hanya percaya bahwa apa pun bisa terjadi, jika keinginan kita terlampau kuat. Terutama stelah kita menerima perlakuan tidak adil.” – Toichiro (hal 159)
Banyak pelajaran yang bisa didapat lewat novel Evergreen ini. Cinta, persahabatan, keluarga, bagaimana kita lebih bersyukur serta menghargai hidup, dll.
“...saat kau memikirkan kebahagiaan orang lain, kau juga berbuat baik untuk dirimu sendiri.” – Rachel (hal 195)
Cuma ada
beberapa hal yang rasanya kurang buatku. Tadi sempat aku sebutin di atas,
bagian Yuya rasanya kurang buatku. Dia sosok yang cukup penting di hati semua
orang, jadi aku berharap dia memiliki cerita lebih banyak lagi, khususnya
tentang masa lalunya. Sama sebenarnya tentang font cerita yang berbeda dari novel kebanyakan ini agak sedikit
menganggu, karena membuat tulisan terkesan lebih kecil.
Selebihnya aku
suka. Buat yang suka cerita menghangatkan hati dengan bumbu bawang dan penuh
nilai kehidupan, novel ini bisa dipilih. Sampai jumpa di review lainnya.
Rate : 4,5/5
bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar