Rabu, 08 Juli 2020

BOOK REVIEW : PENANCE BY MINATO KANAE



BOOK REVIEW : PENANCE BY MINATO KANAE 


Judul : Penance

Penulis : Minato Kanae

Penerjemah : Andry Setiawan

Penyunting : Prisca Primasari

Penyelaras Aksara : Fransisca Ratna

Desain Sampul : Eky Priyagung

Penata Sampul : Propanardilla

Penerbit : Penerbit Haru

Cetakan 1: Juni 2020

Tebal : 356 hal halaman

ISBN : 978-623-7351-37-5

Harga : Rp 99.500,- (Pulau Jawa)

 

***

 

B L U R B :

 

Meski Tuhan mengampuni kalian, aku tidak.

 

Lima belas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Emily terbunuh di sebuah desa yang tenang. Empat anak perempuan yang waktu itu sedang bermain bersama Emily tidak bisa memberikan kesaksiam yang berarti padahal mereka berjumpa dengan laki-laki pembunuhnya. Akibatnya, penyelidikan pun mandek.

 

Ibu almarhumah Emily tidak terima, memanggil keempat anak tersebut, kemudian mengancam mereka, "Temukan pelakunya sebelum kasusnya kadaluarsa, atau ganti rugi dengan cara yang bisa kuterima. Jika tidak, aku akan mbalas dendam pada kalian."

 

Ketika keempat anak yang menanggung beban besar di pundak mereka itu tumbuh dewasa, tragedi demi tragedi pun terjadi secara berurutan....


***

 



Assalamualaikum, apa kabar minna-san? Jadi belakangan ini aku lagi suka menyepi, hiatus dari sosmed dan malas ngapa-ngapain. Tapi semakin lama semakin bosen juga. Jadi memutuskan kembali mengisi blog yang mulai berdebu ini. Nggak tahu bakalan rajin atau mendadak bosen dan menghilang lagi, tapi mari kita nikmati saja, hehe. Jadi buku apa yang akan aku bahas kali ini?

 

Kalian pernah mendengar istilah ‘iya-misu’?


Buat penggemar Jejepangan yang suka baca buku terjemahan Jepang, pasti nggak asing ya sama istilah satu ini. Jadi iya-misua dalah istilah untuk subgenre thriller dalam literasi Jepang. Kalau di Indonesia bisa dibilang ini masuk kategori psycological thriller kali ya. Sesuai istilahnya, buku bertema iya-misu ini isinya itu biasanya cerita misteri yang bisa membuat kita sebagai pembaca tak hanya merasa ngeri tapi juga diaduk-aduk emosinya karena cerita yang disajikan terkadang membuat bingung antara batas mana yang benar dan mana yang salah. *tolong koreksi ya kalau aku salah*


Nah, aku kenal istilah iya-misu ini dari Penerbit Haru yang memang sudah menerjemahkan dan menerbitkan beberapa novel yang memiliki genre ini. Dan salah satu dari novel itulah yang akan aku bahas kali ini. Buat penggemar J-lit terbitan Penerbit Haru pasti nggak asing kan ya dengan nama Minato Kanae? Yup, beliau adalah penulis novel Confessions yang beberapa waktu lalu sempat jadi perbincangan hangat dari kalangan penggemar buku.


Minato-sensei ini di Jepang terkenal sebagai Ratu Iya-misu karena sering mendapatkan penghargaan lewat karya-karyanya yang bertema misteri. Dua diantaranya sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Haru, novel Confessions dan Penance. Untuk Confessions aku belum baca, tapi sudah menonton filmnya dan jujur itu gila banget. Dari situ aku jadi semakin penasaran sama karya sensei satu ini dan seneng banget pas diberi kesempatan buat baca dan mengulas novel Minato-sensei yang lain, Penance.


Jadi Penance bercerita tentang kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang terjadi di sebuah desa yang tenang di Jepang. Kasus tersebut sempat menggegerkan desa tersebut karena korbannya adalah anak perempuan berusia sepuluh tahun yang bernama Emily. Sore itu, Emily bersama ketiga teman sekolahnya sedang bermain vola voli di halaman sekolah. Mereka adalah Sae, Saki, Yuka dan Akiko.

 

Awalnya, semuanya baik-baik saja, sampai ketika tiba waktu pulang tiba, muncul seorang pria yang meminta salah satu dari mereka untuk membantu mengecek kipas yang ada di salah satu ruang ganti kolam renang sekolah. Pria itu meminta Emily untuk membantunya dan keempat anak lain diminta tetap menunggu di halaman sekolah. Untuk sekumpulan anak sekolah dasar yang masih berusia 10-11 tahun hal tersebut bukanlah hal yang mencurigakan. Sampai kemudian, Emily yang datang membantu tidak kunjung muncul padahal hari sudah semakin gelap. Tak ingin pulang terlambat, keempat gadis tersebut memutuskan mencari Emily. Disitulah kejadian yang mengejutkan mereka terjadi.


Emily sudah jatuh terkapar dan tak bernyawa di ruang ganti pria dengan kondisi yang menggenaskan. Seluruh pakaiannya berantakan, bagian atas dan bawah tubuhnya dipenuhi cairan dan darah yang kacau. Keempat gadis kecil tersebut sangat terkejut dan segera meminta pertolongan orang dewasa. Kejadian tersebut cukup menggegerkan penduduk desa yang tenang tersebut dan menjadi bahan pembicaraan yang menimbulkan berbagai macam spekulasi. Penyelidikan dilakukan, sayang keempat saksi yang masih anak-anak dan membuat penyelidikan tersebut berakhir di jalan buntu.


Lima belas tahun berlalu sejak kasus tersebut terjadi. Desa kembali tenang seperti sebelumnya, kehidupan keempat saksi cilikpun terlihat normal. Mereka sekarang sudah menjadi wanita dewasa dengan karir dan kehidupannya masing-masing. Tapi ada satu hal yang tidak berubah pada diri mereka, yaitu ingatan tentang kasus pembunuhan Emily.

 

Meski Tuhan mengampuni kalian, aku tidak.


Sepuluh tahun lalu, ibu Emily, Asako-san, meminta mereka datang ke rumahnya. Wanita itu mengancam keempat anak yang saat itu sudah duduk di bangku SMP untuk menemukan pelaku pembunuhan Emily sebelum kasus tersebut kadaluarsa. Karena hal tersebut, beban berat ditanggung keempatnya hingga dewasa dan menimbulkan tragedi baru yang menimpa mereka.



Membaca novel Penance ini itu rasanya merinding-merinding ngilu. Dari awal sudah dikejutkan saat kasus Emily terjadi. Lalu, merasakan dampak psikologis yang dialami oleh para saksi cilik. Seperti yang kita tahu, menjadi saksi sebuah kejahatan khususnya kasus pembunuhan itu merupakan hal yang menakutkan dan berat. Jangankan untuk anak-anak, bagi orang dewasa pun hal tersebut dapat menjadi sebuah trauma. Nah, di novel Penance ini kita dapat merasakan perasaan tersebut lewat kisah para saksi dan orang tua korbannya. 


Novel ini dibagi menjadi enam bagian dalam enam sudut pandang. Jadi keenam bagian tersebut, lima diantaranya ditulis menggunakan sudut pandang kelima tokoh utama. Lima orang, lima kepribadian, lima kehidupan. Dapat diartikan kelimanya ditulis dengan gaya penulisan yang berbeda juga. Sedang bagian terakhir ditulis menggunakan pov orang ketiga, di mana itu akan menjadi bagian penutup yang menjelaskan bagaimana akhir kisah Penance ini. Buat yang sudah pernah membaca novel Girl in the Dark karya Akiyoshi Rikako pasti tidak asing. Karena kosep penulisan dua buku ini hampir sama.


Mari kita bahas sedikit tiap bagian dari buku ini sambil mengenal karakter yang ada di dalamnya.

1. Boneka Prancis.



Takut, takut, takut. Tidak mau dibunuh.

Karena itu....

Saya tidak boleh jadi dewasa.

- page 34


Bagian ini merupakan cerita dari sudut pandang salah satu saksi, yaitu Kikuchi Sae. Sae dikenal sebagai anak yang pendiam tapi mandiri. Di bagian pertama ini, Sae bercerita lewat suratnya yang ditujukan pada ibu Emily, Asako-san. Di surat tersebut, Sae menceritakan bagaimana kehidupannya saat dewasa, lalu menjelaskan tentang kehidupan masa kecilnya, khususnya saat kasus pembunuhan Emily terjadi. Terus apa hubungannya dengan boneka Prancis di sini? Silahkan baca sendiri untuk menemukan jawabannya ^^

 


 2. Rapat Darurat Asosiasi Guru-Wali Murid.



Saya tidak punya keberanian.

Bukan hanya itu, saya juga kehilangan sesuatu

yang penting gara-gara kasus tersebut.

Saya kehilangan makna hidup saya...

- page 83


Ini dari sudut pandang Shinohara Maki. Sejak kecil Maki dikenal sebagai anak yang paling rajin dan bisa diandalkan. Saat kasus Emily terjadi dialah yang secara sadar meberikan instruksi pada ketiga teman lainnya untuk mencari segera bantuan. Karena kejadian tersebut Maki memilih menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar agar bisa melindungi anak-anak di sana. Tapi keinginan Maki sepertinya tidak sejalan dengan takdir yang ada. Sebuah peristiwa membuka kembali traumanya dan membawa tragedi baru untuk guru muda tersebut.



3. Kakak Beradik Beruang.



...aku mendapatkan hukuman.

Karena aku tidak tahu diri;

karena aku ingin mendapatkan apa yang tidak bisa aku gapai.

- page 154


Ini adalah cerita dari sisi Takano Akiko, yang terkenal sebagai gadis yang pintar berolahraga. Memiliki badan yang tinggi besar, sejak kecil Aki dikenal sebagai gadis yang tomboi dan tak jarang malah dikira sebagai anak laki-laki. Sejak peristiwa pembunuhan terjadi, Aki menjadi lebih tertutup, perasaan takut selalu mengantuinya sampai dia dewasa. Banyak orang mengerti hal tersebut, khususnya kakak laki-lakinya, Seiji. Dari semua orang, hanya Seiji lah yang menganggap Aki sebagai gadis yang manis, maka dari itu Aki sangat menyayangi kakaknya dan mendukung apapun yang dilakukan oleh kakaknya. Tapi ketika kakaknya menikah, Aki menemukan sebuah rahasia besar. Apakah rahasia itu berhubungan dengan kasus Emily?



4. Sepuluh Bulan Sepuluh Hari.



Saya ini, ada ataupun tiada sama saja.

- page 228


Cerita dalam surat kali ini adalah cerita dari sisi Ogawa Yuka. Yuka adalah gadis yang menyukai segala hal yang berbau imut dan sangat pandai membuat kerajinan tangan. Saat kasus Emily terjadi, Yuka lah yang bertugas melaporkan ke pos polisi terdekat. Sejak kecil Yuka hidup dalam bayang-bayang kakaknya yang sakit-sakitan dan menjadi kesayangan banyak orang. Awalnya Yuka terbiasa, tapi setelah mengalami peristiwa mengerikan sebelumnya, Yuka mulai berubah. Perubahan ini membuatnya semakin dibenci dan menempuh jalan yang salah bahkan mengancurkan masa depannya. Tapi apa memang itu yang terjadi?



5. Ganti Rugi.


Kalian itu pembunuh.

Temukan penjahatnya,

atau ganti rugi dengan cara yang bisa aku terima.

Kalau tidak, aku akan membalas dendam.

page 304


Kali ini kita diajak melihat cerita dari sisi ibu Emily, Asako-san. Bagi Asako-san, Emily adalah putri kecilnya yang manis. Pemindahan tugas suaminya dari Tokyo ke desa kecil sebenarnya memberatkan Asako-san, tapi demi kecilnya itu dia pada akhirnya setuju. Awalnya dia sulit beradaptasi terlebih terlahir sebagai nona dari keluarga kaya dan terbiasa hidup penuh kemudahan membuatnya sangat canggung ketika berinteraksi dengan warga dan kehidupan di desa yang terlewat sederhana. Ketika semuanya mulai berjalan baik, berita kematian putri satu-satunya membuat Asako-san terkejut. Berbagai penyesalan, kemarahan dan kebencian menghantuinya. Tak ingin merasa sendiri, dia meminta keempat sahabat dekat putrinya yang sekaligus saksi kunci dari kasus kematian Emily untuk bertanggung jawab dan menemukan pembunuhnya. Tapi, akankah semudah itu? Terlebih saat berbagai macam fakta yang terkuak lewat surat-surat yang ditulis oleh keempat anak tsb justru mengingatkannya akan masa lalunya. Apa pembunuh sebenarnya dapat terungkap?



6. Pasal Terakhir.

Di sini adalah bagian terakhir dari kisah Penance. Bagian ini memakai sudut pandang orang ketiga yang akan mengungkap hal-hal yang terjadi selanjutnya sekaligus menjadi penyelesaan.


***


Dari lima bagian yang aku ceritakan di atas, kira-kira menurut kalian kisah manakah yang terasa paling menarik? Atau kisah siapakan yang nantinya mampu membawa kita menemukan pelaku kasus pemerkosaan dan pembunuhan Emily?

Jujur, aku sulit memilih kisah mana yang paling menarik. Karena ketika aku membaca tiap bagian yang ada, rasa sedih, kasihan, ngenes, marahlah yang aku rasakan di sana. Cerita dari lima karakter yang ada tersebut diceritakan cukup mendetail buatku. Mereka mengawali isi surat dengan kehidupan dewasa atau masa kini mereka, lalu mereka menceritakan keadaan saat pembunuhan Emily terjadi dan diakhiri oleh kisah kehidupan mereka setelah itu sampai dewasa. Loncatan-loncatan waktu flashback dalam cerita ini benar-benar menarik banget buat disimak. Karena banyak kejutan yang secara tidak sadar membuat aku sebagai pembaca mulai berspekulasi. Jadi tidak ada rasa bosan saat membaca.


Secara keseluruhan aku cukup menikmati membaca Penance. Banyak hal menarik yang aku temukan di sini. Selain itu kisah-kisah dalam Penance ini sebenarnya secara tidak langsung ternyata mudah kita temui di kehidupan yang ada disekitar kita. Cuma, ada satu hal yang masih membuatku bertanya-tanya di sini. Walaupun sepanjang cerita banyak petunjuk yang diberikan dan mengacu pada seseorang, sampai akhir aku masih belum bisa menemukan atau yakin apa dia memang benar-benar penjahat yang sebenarnya? Aku hanya merasa motif yang dimilikinya untuk melakukan kejahatan tersebut sedikit aneh dan kurang begitu kuat. Kayak ada sesuatu yang tidak tepat gitu rasanya. Jadi merasa endingnya kurang gitu gereget. Ada yang bisa bantu jelasin mungkin?


Selain masalah ending, aku masih menemukan beberapa typo di sini. Ada beberapa kalimat juga yang susunannya agak janggal. Mungkin dicetakan berikutnya bisa lebih dikoreksi. Untuk lainnya sudah oke buat aku. Btw, cerita buku ini itu ‘sakit’ jadi aku benar-benar menyarankan buat kalian yang ingin membaca berusia 17++ dan mempunyai mental yang kuat. Sesuai genrenya iya-misu, adakalanya kita akan dibuat kebingungan akan paham salah dan benar. Jadi jangan terlalu mendalami ceritanya ya, biar pikiran dan hati nggak tambah bingung, hehe..


Oh iya, ada yang sempat memikirkan judul novel ini nggak sih? Sekilas saat membaca judul dan melihat cover-nya, nggak bakal menyangka kalau sebenarnya kisah di dalamnya bakalan cukup keras dan bikin ngenes. Tapi jangan terkecoh ya, karena saat aku melakukan penelusuran Penance ternyata mempunyai arti penebusan dosa. Saat selesai membaca novel ini kalian pasti akan lebih memahami kenapa judul buku ini berarti penebusan dosa.


Oke, sepertinya aku menyukai tulisan Minato-sensei dan akan mencoba membaca Confession karena menurut aku yang sudah menonton filmnya, ceritanya lebih gila dibanding Penance. Atau apa kalian punya rekomendasi buku lain yang bertema iya-misu? Sampai ketemu di review lainnya, janmattane~

 

 

Rate : 4/5 bintang








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN Judul : Bokutachi no Unmei Penulis : Orihara Ran Penerbit : Penerbit Diva Press Cetakan pert...