BOOK REVIEW – FANGIRL EFFECT BY INCAINICA
Judul : Fangirl Effect
Penulis : Incainica
Penerbit : Penerbit Clover
Editor : Adelina Ayu Lestari
Editor Supervisi : Risma Megawati
Proofreader : Shafira Amanita
Ilustrasi : Risa Cahyadi (@risaico)
Desain Sampul : Ikmal Aldwinsyah
Penata Letak : Setiawan Agung Cahyono & Panji Haryo Suseno
Cetakan 1 : 2019
Tebal : 363 halaman
ISBN : 9-786024-805517
***
B L U R B :
Kontes bakat dengan hadiah pertukaran pelajar ke Korea?
Siapa yang enggak mau!
Ola adalah fangirl garis keras yang tidak peduli dicap nyebelin
demi membela oppa-oppa kesayangannya.
Karena itulah, demi bisa bertemu dan melihat penampilan
oppa-oppatampannya langsung di Korea,
Ola harus memenangkan kontes bakat itu!
Tapi, dengan anggota tim seperti Jeni yang misterius,
Keyshia yang bossy dan Mika yang diam-diam menghanyutkan,
serta bantuan sahabat cowoknya yang ganteng nan nyebelin, Sharga,
mampukah Ola memenangkan kontes tersebut?
Apa Ola benar-benar bisa pergi ke Korea dan mewujudkan impiannya?
***
Assalamualaikum, selamat pagi..
Hari ini aku kembali dengan novel dari Incainica. Yang kemarin sudah baca review novel Fanboy Attact pasti nggak asing kan sama nama penulis satu ini. Yup, dia yang menulis kisah seorang fanboy itu. Nah, karena kisah penggemar cowoknya sudah, kali ini giliran kakak penulis ini menceritakan perjalanan seorang fangirl. Another storydari para penggemar K-pop. Apakah kisah si fangirl kali ini bakalan segila kisah Jay si fanboy di Fanboy Attack kemarin?
“Kalau senang bisa selamanya, nggak mungkin ada yang namnya menderita.”
- Page 21
Ola, siswi SMA Pelita adalah fangirl garis keras. Suka heboh sendiri pokoknya kalau udah berhubungan sama K-pop. Cewek itu nggak segan buat berteriak atau menari heboh di depan umum kalau mendengar lagu dari idola favoritnya. Dia juga akan pasang badan dan rela berantem kalau ada yang mengejek idolanya. Nggak jarang malah di sekolah dia jadi langganan keluar masuk ruang BP karena hal tsb. Buat Ola, K-pop adalah hidupnya.
Sayangnya, satu hal yang tidak Ola sadari adalah, semua kehebohannya itu benar-benar mengganggu orang-orang di sekitarnya, khususnya teman-teman sekelasnya. Ola bahkan mendapat julukan The Most Annoying Person di sekolahnya. Tak ada yang mau berteman dengan dia. Hanya Sharga, sahabat sejak kecil sekaligus tetangganya yang bisa bertahan dengan semua kegilaan Ola itu. Malah bisa dikatakan Sharga itu adalah pawang Ola. Ehh..
Suatu hari, sekolah Ola mengadakan lomba adu bakat yang mempunyai hadiah utama untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Korea selama beberapa bulan. Ola yang mengetahui pengumuman itu tentu saja histeris dan nggak mau melewatkannya. Kapan lagi sih dia bisa datang ke Korea langsung dan bertemu oppa-oppa gentengnya itu, mana gratis pula. Tapi, Ola itu nggak punya bakat yang menonjol. Pengen menyanyi, kata Sharga suaranya sama seperti klakson tukang roti keliling, alias cempreng banget. Mau ngedance juga dia nggak punya teman yang bisa dijadiin satu tim gitu.
“Nggak ada yang sia-sia kalau kita mau coba.”
- page 72
Setelah melakukan berbagai macam pemikiran dan pertimbangan, Ola pada akhirnya memutuskan untuk melakukan dance. Cuma nggak mungkin kan dia ngedance sendiri. Atas saran Jay, pas cewek itu tanya di sosmed, akhirnya Ola memutuskan mencari teman setim untuk grup dancernya.
Tapi apakah akan semudah itu? Mengingat nilai kepedulian Ola terhadap lingkungan sekitarnya itu nol besar dan karena hal itu, dia sama sekali nggak punya teman. Satu-satunya teman cewek itu di sekolah cuma Sharga yang sudah menolak keras waktu diminta jadi teman ngedancenya. Alhasil setelah melakukan pengamatan pada teman-teman sekolahnya, dari ratusan nama yang dia amati, ada tiga nama kandidat kuat yang Ola rasa cocok untuk jadi tim dancernya.
Para kandidat itu adalah Jenisya, mantan ketua ekskul dance yang selain cantik dan pinter ngedance, auranya mampu mengalihkan perhatian orang-orang. Lalu Keyshia, anggota ekskul dance yang sombong banget sampai-sampai dia dikeluarin dari timnya. Cewek itu juga bandel, kasar dan suka melanggar aturan sekolah. Dan terakhir ada Mika, cewek manis teman SD Ola yang pinter nari tradisional dan punya segudang prestasi pas kecil dulu. Sayangnya nggak tahu kenapa di sekolahnya sekarang ini dia malah jadi bahan bullyan teman-teman sekelasnya. Kira-kira akan berhasilkah perjuangan Ola ini?
***
Oke-oke, aku nggak bisa berhenti ketawa pas baca novel ini. Seperti novel sebelumnya Fanboy, novel kali ini pun dibuka dengan adegan yang menggambarkan kegilaan protagonisnya, Ola. Sebenarnya pas melihat semua tingkah Ola itu, aku nggak gitu kaget karena rata-rata temanku yang fangirl atau k-popers itu juga seperti dia, walaupun nggak bermuka tebal dan antisosial kayak Ola sih. Tapi justru karena itulah sosok Ola di sini semakin terlihat menarik.
“Di dunia ini nggak ada orang yang baik-baik aja, mesti kelihatannya begitu.”
- page 271
Pas pertama kali baca blurbnya, aku sempat mengira kalau konflik novel ini itu lebih ke perjuangan Ola bentuk tim dance buat ikutan lomba dan menang. Tapi ternyata konfliknya nggak sesederhana itu. Di sini selain perjuangan Ola dan timnya, kita juga kan diajak menyelami permasalahan dari masing-masing karakter dalam novel ini. Dan itu ternyata adalah hal-hal yang sering kita temui di sekitar kita. Tapi. karena kepiawaian penulis dalam mengembangkannya, membuat konflik yang sering kita temui itu nyatanya tidak sesederhana yang sering kita lihat.
Seperti yang aku bilang di atas sebelumnya, target anggota Ola itu bukanlah orang-orang biasa. Ada si cewek tercantik Jeni, si bossy Keyshia dan si korban bully Mika. Ketiganya punya kepribadian dan latar belakang berbeda. Di tambah Ola si fangirl garis keras. Menyatukan empat kepala berbeda biar bisa sinkron dan bentuk satu tim kompak itu sangat mustahil rasanya. Terlebih saat ternyata mereka semua itu punya masalah sendiri-sendiri dalam kehidupannya yang bikin keadaan semakin bertambah runyam.
“Orang yang sering menganggap sepele suatu hal itu nggak pantas jadi pememang.Karena calon pemenang itu yang mau usaha dan nggak mudah meremehkan hanya karena dia sadar punya kelebihan.”
- page 85
Ini sedikit di luar perkiraan, walaupun di sepertiga awal aku sempat mulai merasa bosen, tapi pas dilajutin baca, ternyata ceritanya jadi semakin menarik. Aku suka sifat pantang menyerahnya Ola di sini. Walaupun sering dipandang sebelah mata, dia itu selalu berusaha berjuang buat mengumpulkan dan membuat kompak timnya. Itu yang bikin Sharga sampai mengatakan kalau Ola itu udah seperti jomblo yang berusaha ngedeketin gebetannya terus walaupun sudah ditolak berkali-kali. Ah iya, dibalik semua kegilaan Ola itu, dia ternyata sosok yang cukup rapuh. Hanya Sharga yang tahu sisi lain Ola ini.
Lalu ada Jeni, si ratu sekolah ini. Siapa yang cewek cantik yang pinter dan punya segudang prestasi serta pacar tampan yang sangat mencintainya itu punya masalah kehidupan yang cukup pelik dan cukup mengkhawatirkan. Kemudian Keyshia, cewek barbar yang dibalik sikap keras dan kasarnya itu punya sisi lembut dan sosok pejuang untuk orang-orang yang disayanginya. Atau si pendiam Mika. Dibalik sosok kecil yang suka dibuli ini dia menyimpan tekanan yang cukup besar dan rupanya juga sosok pejuang yang pantang menyerah.
Dan nggak boleh ketinggalan, sosok paling ganteng dalam novel ini, Sharga. Dia tipe cowok cuek. Andai saja nggak ngintilin Ola terus, Sharga ini bisa masuk jajaran idola di sekolahnya. Sayang bagi Sharga game dan Ola adalah hal yang paling penting untuknya. Dia karakter paling favoritku di novel ini. Selain karena sosoknya yang cuek itu, Sharga itu sosok yang paling bisa diandalkan, dia cocok dijadiin pacar ataupun abang, hehe..
Dari semua karakter, aku paling suka interaksi antara Ola dan Sharga atau Ola dan keluarga Sharga. Dilihat dari sifatnya keduanya itu sebenarnya sangat bertolak belakang, tapi justru dari situlah kemistri antara Ola dan Sharga jadi keliatan. Dan keluarga Sharga itu beneran keluarga favorit deh. Mereka udah menganggap Ola kayak anaknya sendiri. Ayah dan ibu Sharga juga sangat pengertian dan punya selera humor yang cukup kocak. Tipe-tipe keluarga yang hangat dan harmonis gitu.
Ini novel kedua dari kak Incainica yang aku baca setelah Fanboy Attact. Seperti buku sebelumnya, novel kali ini pun bisa aku nikmati dengan baik. Aku suka cara penulis yang begitu lihai membawa perasaan pembacanya. Di awal aku selalu ngakak sama tingkah absurd Ola dan Sharga, dan semakin ke belakang perasaan tertekan, sedih dan takut pun dapat aku rasakan dari kisah tokoh lainnya.
“Hidup itu untuk bersaing. Siapa yang menonjol, merekalah yang punya peluang untuk berhasil..”
- page 214
Baca novel Fangirl Effect juga kayak buka mata aku untuk bisa lebih peka, peduli, dan mau melihat sekitar. Sebagai manusia itu kita nggak bisa hidup sendiri, perlu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar kita. Dan dalam berinteraksi, komunikasi, perasaan saling memahami itu sangat diperlukan. Jadi, nggak akan menimbulkan kesalahpahaman yang bisa menghancurkan segalanya. Seperti kisah Ola ini. Lalu dalam melakukan sesuatu itu, nggak cuma butuh niat. Kita juga harus mau berjuang dan nggak boleh pantang menyerah. Mungkin selama menempuh perjuangan itu bakal ada kerikil-kerikil bahkan batu besar yang menghadang, tapi yakinlah, semua itu adalah proses yang kita perlukan untuk mencapai tujuan. Kalaupun pada akhirnya tetap gagal, kita juga harus percaya dibalik kegagalan pasti ada hikmah lainnya.
Cuma ada beberapa hal yang aku rasa agak kurang di sini. Kayak kisah Keyshia yang cuma disebutkan sedikit di sini, kisah Mika yang masih terasa ngantung buat aku karena aku masih penasaran sama kelanjutan cerita dia dan mamanya. Mungkin itu bisa dikembangin sedikit, jadi porsi para tokoh pendukungnya imbang. Kira-kira bakalan ada side storynya lagi kah, ehhehe..
Selain sosok Sharga yang aku sebutin tadi, sosok Jeni juga merupakan karakter favorit aku di sini. Aku suka penggambaran Jeni yang merupakan gadis yang kuat itu walaupun aku tahu jalan yang dia ambil sebenarnya salah. Dan ada satu adegan paling favoritku di novel ini. Itu pas 'penculikan Mika', di sana benar-benar gambaran kebersamaan antar temannya kerasa banget, terasa hangat gitu pokonya.
Ah iya, aku masih menemukan beberapa typo di sini. Ada kesalahan waktu di hal 221, harusnya sama kan ya penunjuk waktunya sama kayak yang di hal 215. Dan satu lagi hal yang paling penting di sini, kenapa kapalku karam kakak penulis?
Secara keseluruhan cukup suka. Cocok buat kalian yang suka k-pop, yang kangen masa-masa remaja, yang pengen kenal k-pop juga bisa, hehe..
Rate : 3,7/5 bintang
“Konsep pertemanan memang tidak ada yang bisa menduga. Hari ini bisa saja masih tertawa bersama, tapi ekoknya... entahlah.”
- page 344
Mantap bgt kaks!
BalasHapusKalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih ππ