BOOK REVIEW – BIBLIOPHILE By THURFF
Judul : Bibliophile
Penulis : Thurff (Thurfa)
Editor : Claudia Putri
Editor Supervisi : Risma Megawati
Grafis : Heru
Penerbit : Penerbit Clover (Imprint Penerbit M&C!)
Cetakan 1 : 2019
Tebal : 246 halaman
ISBN : 9-786024-805401
***
B L U R B :
Bibliophile mungkin nama yang aneh.
Toko yang aneh.
Tempat yang aneh.
Dan susunan buku yang aneh
pula.
Lalu, Raka yang kehilangan arah
bertemu dengan Citra
yang berjiwa komisi disiplin di Bibliophile.
Sejak itu, hidup Raka
menjadi aneh.
Tapi, mungkin aneh tak ada
salahnya.
***
“Katakan padaku, kebebasan itu seperti apa rasanya?”- page 167
Assalamualaikum, selamat siang. Hari ini aku kembali dengan review baru. Tapi lagi-lagi ini buku yang aku baca bulan lalu, hehe. Jadi harap maklum karena memang sedang proses menyelesain ulasan beberapa buku yang sudah dibaca tapi belum sempat aku tulis di blog. Ah ya, buku ini aku dapatkan dari Penerbit Clover untuk program booktour di instagram. Jadi Bibliophile ini cerita tentang apa sih?
Sebagai pecinta buku atau mungkin book blogger dan bookstagram, pasti kalian tidak asing kan dengan istilah Bibliophile? Apa arti istilah tersebut? Dan apakah memang memiliki hubungan dengan buku?
Dari beberapa sumber yang aku dapat di internet, Bibliophile adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang mencintai buku, gemar membaca, mengagumi dan mengoleksi buku. Nah, apa kalian juga seorang bibliophile?
Lalu, apa hubungannya bibliophile tersebut dengan buku yang akan aku ulas ini? Jadi bibliophile yang aku maksud di sini itu sedikit berbeda ya. Ini adalah sebuah nama dari toko buku. Ada apa di toko buku ini, kok namanya unik gitu? Biar tidak semakin penasaran mari kita ulas saja novel terbaru dari kak Thurfa ini.
“Tiap orang punya perspetkif yang berbeda. Apa yang menurut gue benar, belum tentu buat mereka benar.” - page 16
Jadi, novel ini bercerita tentang Raka, mahasiswa baru jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang mencari sebuah buku untuk keperluan studinya dan berakhir di sebuah toko buku bernama Bibliophile.
Untuk Raka, toko buku ini itu terkesan aneh. Walaupun terletak di daerah elit yang strategis dan ramai, tapi toko itu justru terlihat sepi pengunjung. Bangunan Bibliophile mempunyai desain bangunan Belanda abad pertengahan, dan jauh dari kesan modern. Toko itu terlihat antik dan sedikit angker. Kalau tidak melihat jajaran rak buku besar di dalamnya, sekilas bangunan Bibliophile terlihat seperti kedai kopi klasik dengan jendelanya yang lebar.
Selain model bangunannya, ternyata hal aneh lainnya pun Raka temukan begitu dia memasuki toko buku itu. Dibalik aroma khas toko buku yang dipenuhi bau kertas-kertas menua yang berbaur dengan aroma tajam dari kayu manis dan mint, suasana toko itu sangatlah berbeda dengan suasa toko buku pada umumnya. Ramai. Bisa dikatakan cenderung berisik malah.
Tapi kebisingan itu bukanlah karena hiruk-pikuk pengunjung yang datang. Melainkan kesibukan para pegawainya yang hobi berteriak. Di situlah Raka merasa menyesal. Orang yang paling tidak dia harapkan justru dia lihat di sana.
Citra adalah kakak tingkat Raka yang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, yang juga merupakan koordinator komisi disiplin masa ospeknya dulu. Saat itu mereka berdua memiliki sedikit kesalahpahaman yang pada akhirnya cukup meninggalkan kesan yang mendalam pada masing-masing pihak. Dan siapa sangka, sosok itulah yang ditemui Raka di Bibliophile. Citra ternyata adalah salah satu pengawai toko buku itu. Penjaga kasir tepatnya.
Ada perasaan yang berbeda saat Raka melihat sosok Citra di sana. Kakak tingkatnya itu jauh dari sosok tegas dan terkendali seperti saat di kampus. Citra yang dia lihat saat ini, terasa lebih hidup dan lebih bebas. Dan itu sangat aneh bagi Raka. Terlebih saat gadis itu mulai sok kenal dan sok dekat gitu pada Raka.
Awal tahu buku ini itu akan terbit langsung tertarik karena judulnya dan salah setting tempatnya yang ada di toko buku. Siapa sih Raka itu sebenarnya? Ada kenapa bisa ada toko buku seaneh Bibliophile? Itu hal yang sempat aku pikirkan saat membaca blurbnya. Dan saat semakin jauh aku membaca aku rasanya semakin jatuh cinta sama Bibliophile ini. Kira-kira bisa tidak ya aku menemukan toko buku seperti ini di dunia nyata?
“...luka adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Adakalanya orang memilih untuk menimbunnya begitu dalam, ada yang memutuskan untuk menyimpannya sebagai kenangan, ada juga yang membuangnya jauh dan tak pernah kembali.” - page 135
Bibliophile itu ternyata bukanlah sekedar toko buku biasa. Dibalik bangunannya yang antik itu, banyak cerita tersimpan di sini. Untuk beberapa orang Bibliophile itu sudah seperti rumah kedua bagi mereka yang masing-masing memiliki luka. Luka apa yang dimaksud dan siapa saja mereka? Mari kita kenalan dulu dengan para tokohnya.
Raka Hadi Herdian – Raka. Seperti aku bilang sebelumnya Raka itu seorang mahasiswa baru. Dia pindahan dari Jakarta. Cowok ini itu terkesan cuek, kalau bicara terkesan ketus dan kaku apalagi dengan gaya bicaranya yang formal. Banyak yang tidak menyangka Raka anak sastra. Mereka justru mengira cowok itu anak teknik karena penampilannya yang sedikit serampangan dan terkesan berandal. Raka itu misterius.
Citra Sastraprawira – Citra. Selain kasir Bibliophile, gadis ini juga dikenal sebagai koordinator komdis yang tegas walaupun bertubuh mungil. Tapi di luar kampus, khususnya di Bibliophile, cewek itu justru terlihat periang, banyak bicara, punya rasa penasaran yang besar. Ada lagi satu sisi lain dari Citra yang tidak begitu diketahui orang, khususnya saat dia berhub dengan hal-hal yg berkaitan dengan Recelia, ibunya.
Arin. Salah satu pegawai Bibliophile. Dari luar dia itu terlihat seperti wanita kuat, namun sebenarnya sosok yang rapuh. Punya menampilan yang nyentrik dengan aplikasi warna-warna yang ngejreng baik dari busana, tas sampai cat kuku. Walaupun bermulut tajam, Arin sangat peduli sama orang-orang di Bibliophile. Hobi Arin adalah beradu mulut dengan Lev.
Lev. Pemilik Bibliophile. Sosok yang cukup humoris sebenarnya. Berasal dari keluarga berada yang masih memiliki darah Belanda. Lev itu suka dibilang sosok Bos yang punya selera aneh sama pegawainya. Ada beberapa kesamaan Lev dan Arin dalam hal luka, yang membuat mereka terasa cocok walaupun banyak bertengkarnya.
Oma Anne. Pengurus rumah tangga di rumah Lev. Masih memiliki darah Belanda juga, sudah ikut keluarga Lev sejak muda. Suka membuat kue-kue manis sebagai teman minum teh penghuni Bibliophile.
Novel Bibliophile ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam gaya penceritaanya. Tapi cerita tetap di dominasi dari sisi dua karakter utama kita, Raka dan Citra. Dan yang menarik di sini adalah cara penulis yang memberikan detail dalam cerita. Biasanya aku kurang begitu suka kalau sebuah cerita memberikan banyak detail. Namun, entah kenapa aku merasa detail yang penulis diskripsikan di sini terasa cukup pas dan bisa memberikan gambaran cerita lebih jelas. Baik dari setting tempatnya maupun dari karakter tokohnya.
Di novel ini Raka diceritakan asli Jakarta. Karena satu dua hal dan ingin mencari suasana yang berbeda, dia memutuskan memasuki salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung. Jadi di Kota Kembang ini dijadikan setting ceritanya. Selain toko buku Bibliophile, kampus Raka juga bakal banyak muncul di sini. Lalu beberapa ikon terkenal di Bandung akan disebutkan, baik secara sekilas maupun memang menjadi bagian dalam cerita, seperti Braga dan Dago.
“Ketakutan itu seumpama rayap pemakan kayu, menggerogoti perlahan-lahan juga meninggalkan lapuk, bertahun-tahun, memakan waktu dan orang sering kali mengatakan hal yang sama ; 'Jangan takut, jangan takut, jangan takut” - page 179
Setiap manusia itu pasti mempunyai rasa takut dan itu manusiawi. Ada yang menjadikan rasa takut itu kekuatan untuk maju, ada yang justru jatuh terpuruk dan berakhir dengan berkubang dalam luka. Nah, Bibliophile ini tanpa disadari menjadi tempat bertemu dan berkumpul bagi mereka yang takut dan terluka.
Aku suka sama ide ceritanya ini. Menjadikan sebuah toko buku sebagai penghubung antar tokoh dalam ceritanya. Kenapa aku bilang sebagai penghubung? Itu karena Bibliophile bukanlah sekedar toko buku biasa. Dibalik bangunannya yang bergaya klasik, toko buku ini menjadi saksi perjalanan orang-orang yang ada di dalamnya. Dari menjadi tempat pertemuan mereka, kisah kehidupan mereka baik bahagia dan kesedihan lalu kebersamaan sampai perjuangan mereka terekam jelas di toko buku ini.
“Kadang keberanian itu nggak akan muncul dengan mudah.” - page 131
Hal tersebut membuat ikatan atau perasaan antar tokohnya terasa sekali di sini. Bagaimana mereka yang tadinya orang tak dikenal dan asing satu sama lain bisa saling menguatkan, saling mendukung, saling membantu. Tapi semua itu sebenarnya tidaklah cukup. Keinginan kuat dan keberanian diperlukan juga untuk melawan rasa takut itu. Dan pertanyaannya, apa mereka yang terluka itu mau dan berani berjuang untuk maju dan kembali menjalani hidupnya yang baru?
Untuk ukuran buku pertama Kak Thurfa yang kubaca, aku cukup suka gaya penceritaannya. Terlebih bagian Raka. Peralihan sikap Raka yang berbicara kaku dan formal di depan orang-orang tapi di satu sisi tiba-tiba berubah berbicara bahasa gaul lo-gue ketika bersama sahabatnya itu benar-benar terasa menarik di sini.
“Mudah bagi seseorang mengatakan bahwa salah satu cara menghadapi ketakutnn terbesar adalah dengan menghadapi rasa takut itu sendiri.”- page 115
Dari segi konflik cukup menarik di sini. Khususnya Raka, dimana masalahnya masih sering aku lihat di kehidupan nyata, malah aku pun pernah merasakan sendiri. Dan pas diperhatikan, masalah para tokoh di sini ternyata lebih dominan di masalah keluarga. Mungkin saat kalian membaca secara tak sadar akan berpikir, “Ini pernah aku rasain juga.”
Seperti toko buku yang memiliki banyak genre buku di dalamnya, novel ini juga mempunyai banyak rasa. Dari humornya, sedihnya, sedikit roman, percampuran berbagai macam karakternya dll. Banyak hal juga yang bisa ditemukan dalam novel ini. Baik tentang apa itu luka, bagaimana itu memaafkan dan berdamai dengan masa lalu, dan perjuangan untuk meraih mimpi.
Cukup suka sama novelnya, tapi masih berharap ada kelanjutan atau sekedar side story-nya. Karena di 1/3 akhir buku, alur novel ini terasa cepat gitu. Jadi aku masih merasa ada yang kurang lengkap dan mengganjal di sini. Seperti kisah hidup Lev, kelanjutan kisah Arin, dan tentu sana kisah Raka dan Citra.
Berharap bisa menemukan Bibliophile di dunia nyata.
Rate : 3,5/5 bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar