Kamis, 28 Februari 2019

BOOK REVIEW : JINGGA UNTUK MATAHARI By ESTI KINASIH




Judul : Jingga untuk Matahari
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia
Cetakan pertama : 2017
Tebal : 448 halaman
ISBN : 978-602-03-3723-4

***

BLURB :

Ari dan Tari menjalani hari-hari penuh pelangi. Tari bahagia karena ternyata Ari cowok lembut dan penuh perhatian. Sedangkan Ari gembira luar biasa ketika mendengar Ata dan Mama akhirnya kembali ke Jakarta.

Namun, tanpa Ari ketahui, selama ini Ata menyimpan kepedihan yang membuatnya bertekad melampiaskannya kepada Ari dan Papa. Saat itulah Ari menyadari ada “kisah” yang dia tidak tahu di antara papa dan mamanya.

Sementara itu, Tari mulai bingung menata hati. Karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari semakin tumbuh, Angga muncul lagi dan “nembak” langsung. Sebenarnya, apa yang menjadi alasan Angga begitu dendam pada Ari dan bertekad merebut seseorang yang paling berharga darinya?

“Kalo lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut dia di depan cowoknya. Jangan di belakang,” kalimat Ata itu terus terngiang di benak Angga.


***


Assalamualaikum, selamat malam minna-san~
Malam ini aku bakal bahas buku ketiga dari seri jingga, Jingga untuk Matahari (JUM). Buku ini cukup punya sejarah yang panjang dan fenomenal. Kok bisa? Sejak awal terbit buku pertamanya - Jingga dan Senja, novel bergenre teenlit ini udah lumayan banyak menarik perhatian. Terlebih penulisnya adalah Esti Kinasih, orang yang melahirkan Fairist (novel lain karyanya yang juga cukup populer). Jingga dan Senja digadang-gadang akan ditulis dalam bentuk trilogi, yang terdiri dari Jingga dan Senja, Jingga dalam Elegi dan Jingga untuk Matahari. Ketiganya kemudian dikenal dengan sebutan Trilogi Jingga.


Trilogi Jingga ini punya jarak terbit antar buku yang berjauhan karena sangat lama. Buku pertama, Jingga dan Senja terbit pertama kali di tahun 2010, setahun kemudian buku keduanya Jingga dalam Elegi terbit. Dan buku ketiga mempunyai jarak paling jauh, yaitu hampir 7 tahun.


Tujuh tahun itu bukan waktu yang sebentar, banyak kabar yang beredar perihal lamanya jarak terbit antara buku kedua dan ketiga. Apalagi di tahun 2015/2016an sudah ada kabar resmi dari penerbit tentang terbitnya buku ketiga. Bahkan cover buku ketiga pun sudah tersebar luas di media. Sayangnya, kabar tersebut tidak juga kunjung diberi kepastian tentang kapan tanggal pasti JUM akan terbit. Yang kemudian dengan berjalannya waktu, kabar JUM yang akan terbit lama-lama menghilang.


Di rentan waktu yang cukup lama itu, khususnya bagi Estikinatic (para penggemar tulisan Esti Kinasih) yang merindukan kelanjutan kisah Ari-Tari-Ata, tiba-tiba beredar naskah berbentuk pdf di internet dengan judul yang sama Jingga untuk Matahari. Gaya menulisan yang sangat mirip dengan tulisan Esti Kinasih, membuat para pembaca mengasumsikan kalau itu memang benar kelanjutan dari Trilogi Jingga. Tapi hal tersebut menjadi pro dan kontra, karena ada beberapa pihak yang mengatakan kalau itu bukanlah naskah yang ditulis oleh Esti Kinasih.


Sampai kemudian di tahun 2017, muncul berita tentang kelanjutan seri jingga yang pada akhirnya akan terbit. Terbitnya JUM ini mematahkan semua asumsi yang beredar tentang naskah pdf yang beredar selama ini. Sekaligus mengabarkan kepada para pembaca kalau ada perubahan untuk seri jingga ini. Kisah Ari-Tari-Ata tidaklah berakhir menjadi Trilogi, melainkan masih memiliki lanjutan lagi. Entah menjadi kabar baik atau buruk karena di satu sisi penggemar senang akhirnya bisa membaca kelanjutan kisah para matahari ini, di sisi lain bagi mereka yang sudah membaca versi naskah pdf yang beredar, mereka cukup puas dengan akhir cerita, yang berarti kisah jingga benar-benar berakhir menjadi trilogi.


Nah, di postingan kali ini aku bakal bahas kedua versi JUM ini. Yup, aku sudah baca keduanya. Jujur aku salah satu orang yang pernah salah mengira naskah pdf yang beredar itu adalah naskah asli. Dan aku juga masuk ke golongan yang lebih menyukai naskah pdf itu sebagai akhir cerita ketiga matahari ini dibanding buku aslinya yang sudah terbit. Oke, maafkan aku. Tapi ini beneran pendapat pribadi aku ya. Untuk lebih jelasnya, ayo kita bahas satu persatu.



REVIEW JINGGA UNTUK MATAHARI VERSI CETAK



.

 “...dalam setiap kebahagiaan sering kali
tidak sepenuhnya seperti yang terlihat  dan dalam setiap kesedihan juga sering kali tidak sepenuhnya hanya tentang itu. 
- Page 123


Sekembalinya Ata dan mamanya, hidup Ari terasa berbeda. Ari terlihat lebih bahagia, lebih hidup, seolah semua beban yang dia pikul selama ini terangkat begitu saja dari bahunya. Apalagi saat mamanya memutuskan menyekolahkan Ata di SMA Airlangga. Kegemparan karena saudara kembarnya akhirnya kembali diketahui orang-orang benar-benar membuat Ari puas. Dia yang selama ini terkenal membuat ulah, perlahan-lahan menjadi lebih tenang dan terkontrol dengan keberadaan Ata.


Kematian akan menyelesaikan banyak hal.
Termasuk hal yang sebenarnya belum selesai. 
- Page 229


Namum, kebahagiaan Ari tidak sepenuhnya dirasakan Tari, Ridho dan Oji. Mereka bertiga justru merasakan hal lain tentang Ata. Sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menakutkan dan mungkin membawa sebuah kehancuran. Tapi ketiganya tidak tahu hal apa itu. Mereka tidak ingin pula mengatakan hal tersebut pada Ari. Mereka tidak ingin menghancurkan kebahagiaan Ari yang akhirnya bisa dia dapatkan.


 “Gue nggak akan matiin lo.
...
Gue lebih seneng liat lo ancur daripada liat lo mati.
- Page 229


Sampai di sini itu rasanya kecewa banget pas aku baca. Kenapa? Itu karena hampir 80% cerita dalam buku ini itu didominasi oleh Ata. Oke, buku JUM ini masih seperti kedua buku pendahulunya yang menggunakan PoV orang ketiga serba tahu, hanya saya bagian Ata ini benar-benar mendominasi. Dari awal buku pertama kita tahu, seri jingga ini lebih banyak mengisahkan Ari-Tari. Dan disitulah sebenarnya daya tariknya. Tapi saat tiba-tiba Ata muncul, di buku ketiganya dia malah jadi mengambil alih cerita.


Bukanya aku nggak suka Ata sih, aku sebenernya cuma sedikit benci dia pas selesai baca JUM ini. Dia juga termasuk matahari yang pegang kunci penting dalam cerita, tapi dengan sedikitnya bagian Ari-Tari itu beneran bikin aku ngerasa baca kisah lainnya, bukan seri jingga lagi. Asli, jangan harapin kisah roman Ari-Tari bakalan banyak muncul seperti di kedua buku sebelumnya. Interaksi mereka di buku ini beneran dikit, mana banyak nyeseknya lagi, huft..


Lalu hal lain yang mengganggu itu, kenapa ada vampir-vampir segala di sini. Aku sampai meyakinkan diri aku sendiri, ini beneran masih lanjutan seri jingga kan? Bukan skrip sinetron atau bahkan ftv? Omg, maafkan aku yang jadi banyak ngeluh dan nggak menghargai karya orang seperti ini. Tapi ini rasanya beneran melenceng jauh gitu, kayak bukan tulisan Kak Esti aja..


Keberadaan vampir tadi bikin alur cerita ini semakin lambat. Jadi cerita yang didominasi oleh Ata ini sebenarnya punya tujuan yang jelas. Kalau di dua buku pertama kita hanya melihat cerita dari sisi Ari, di buku ketiga ini kita akan melihat cerita dari sisi Ata. Dari masa dia belum kembali ke Jakarta. Bagaimana perjalanan hidupnya selama ini, bagaimana perasaan dia, dll. Selain Ata, bakalan ada juga sisi papa si kembar dan Ridho serta Oji.


Cuma bagian papa si kembar ini ada yang mengganjal juga sebenarnya. Khususnya di bagian kata ganti orang. Untuk pemakaian pov ketiga, pemakaian kata Papa tanpa embel-embel itu rasanya nggak tepat. Kata Papa lebih ditujukan untuk panggilan pada diri sendiri ataupun panggilan dari orang lain yang berinteraksi secara langsung dengannya yang lebih cocok digunakan pada pemakaian pov orang pertama atau kedua. Beda lagi kalau kata papa itu menggunakan embel-embel seperti papa Ari/Ata, atau papa si kembar atau mungkin nama aslinya. Itu rasanya lebih tepat untuk pemakaian pov orang ketiga.


    Tapi hal yang aku suka saat bagian papa si kembar muncul itu adalah saat aku jadi tahu bagaimana sebenarnya sikap dia sebagai sosok seorang ayah. Masih banyak yang abu-abu sih sebenarnya. Seperti kenapa dia selama ini hanya diam dan hanya mengawasi. Kenapa dia tidak pernah menjelaskan semua itu dan berusaha jujur, dll.

       Terus, hal lain yang paling mengganjal di sini adalah saat di dua buku sebelumnya selalu ditegaskan kalau Ari itu beneran sosok misterius, yang selalu menyimpan semua masalahnya sendiri. Bahkan tempat tinggalnya pun tidak ada yang mengetahui. Sampai kemudian dia akhirnya mau membuka dirinya pada Ridho dan Oji, serta Tari. Tapi di buku ini mendadak muncul dua sosok yang digadang-gadang tahu semua masalah bahkan masa lalu Ari yang gelap. Iya, mereka lebih tahu dibanding Ridho dan Oji yang notabenenya sahabat terdekat Ari. Oke, dari latar belakang keduanya orang itu, memang nggak salah mereka bisa tahu semuanya. Tapi kalau memang seperti itu ya sejak awal mending dijelasin saja kalau mereka udah tahu, bukannya menekankan kalau nggak ada seorang pun yang tahu.


    Huft, rasanya isinya kok cuma rasa ketidakpuasan aku aja ya sama buku ini. Sulit deh rasanya berkomentar. Jadi intinya walaupun ini sudah masuk buku ketiga, masih banyak misteri yang belum terungkap. Seperti masalah papa si kembar tadi, lalu kemunculan kembali Angga dan dendamnya yang belum diketahui, tindakan Ari dan Ata selanjutnya, posisi Tari yang sulit itu, dll. Rasanya nggak sabar menunggu buku keempatnya, Jingga untuk Sandyakala terbit. Btw, ini sudah masuk tahun kedua sejak buku ketiganya terbit. Dan buku keempat ini belum ada kejelasan kabarnya.


    Ah, hampir lupa, aku nemu beberapa typo yang lumayan di sini. Halaman 295, harusnya Oji tapi malah Aji, halaman 390 ada dobel huruf di baris keempat dari bawah. Terus halaman 349, ada pemenggalan kata yang nggak tuntas di paragraf ke tiga baris kedua. Selebihnya aku nggak lihat, semoga aja nggak ada lagi.


    Terakhir aku mau mengomentari kover bukunya. Jujur, kover versi cetakan baru ini cukup bagus. Aku suka banget sama warna oranyenya yang cantik banget, apalagi pas difoto. Tapi untuk segi desainnya, entah kenapa aku lebih suka yang versi cetakan lama. Lebih menggambarkan para karakter utama aja. Aku suka ide buku ketiganya yang pakai kover lama, kemudian diberi jaket dengan desain kover baru. Ini membuat pembaca bisa memilih sendiri kover mana yang dia suka. Aku harap dua buku sebelumnya atau paling nggak buku keempatnya nanti bisa pakai konsep yang sama. Desain lama dengan jaket berdesain baru.


Oh ya, untuk buku ketiga ini aku rasa lem bagian punggungnya agak kurang. Bukuku masih hitungan baru, tapi punggung bukunya hampir aja patah kalau nggak hati-hati pas baca. Moga cetakan selanjutnya lebih ditingkatkan. Khususnya untuk buku-buku yang punya halaman yang banyak alias lebih tebal.

Rate : 3/5 bintang


Kalo lo ngincer cewek yang udah punya cowok,
rebut dia di depan cowoknya.
Jangan du belakang.
- Page 395




REVIEW JINGGA UNTUK MATAHARI VERSI NASKAH PDF





    Bagian ini aku bakal mengulas singkat JUM versi naskah pdf yang sempat beredar di internet ya. Novel ini bisa dibilang lebih tipis dibanding versi cetaknya. Hanya terdiri dari 284 halaman. Tapi isinya, aku akui beneran bagus dan memuaskan. Mungkin karena ini terasa lebih cocok untuk dijadikan kisah penutup yang sesuai harapan aku sendiri. Jadi aku merasa kisah ini lebih bagus dibanding versi aslinya.


    Jadi awal cerita hampir sama dengan versi cetak. Kembalinya Ata dan mamanya ke Jakarta serta kepindahan Ata ke SMA Airlangga yang sama-sama membuat geger semua orang. Semuanya berjalan baik, dari hubungan Ari-Tari sampai kehidupan baru Ari-Ata dan mamanya. Sampai tiba-tiba Angga kembali muncul dan melakukan penyerangan di sekolah. Penyerangan itu membuat panglima perang Airlangga, Ari, tumbang dan terluka cukup parah. Sampai mengalami koma selama beberapa hari.


Apa seseorang yang bertingkah buruk di masa lalu
hanya untuk mengejar bayangannya yang telah direnggut
cuma boleh merasakan kebahagiaan sesedikit itu?
Hanya sekejap?
- Page 78


Hal ini cukup membuat gempar satu sekolah. Tapi keberadaan Ata ternyata mampu meredam semua itu. Menjadi kembaran Ari, keberadaan Ata dianggap dapat menggantikan posisinya itu. Dan semua orang menyukai Ata yang mempunyai kepribadian lebih baik dibanding Ari. Airlangga sekarang mempunyai pahlawan baru. Sedang pahlawan aslinya masih berjuang untuk hidup di rumah sakit.


Sosok Ata ternyata tak hanya mempunyai pengaruh sampai disitu saja. Dia mampu membuat SMA Airlangga dan musuh bebuyutannya SMA Brawijaya yang berada di bawah pimpinan Angga berdamai, tanpa peseteruan lagi. Tapi kemudian, bersamaan dengan kembalinya Ari ke sekolah, sebuah rahasia terungkap. Aib seorang Ari yang membuat dirinya dibenci semua orang karena menjatuhkan harga dirinya (ini yang baca Jingga dan Senja pasti tau) dan menyebabkan seluruh warga Airlangga melakukan kudeta dan menginginkan pergantian pemimpin.


People who love you will never hurt you.
And if they do, you will look in their eyes...
They’re hurting too.
- Page 119


Aib tersebut belum seberapa dibandingkan dengan kenyataan tentang orang yang menghancurkannya adalah orang-orang yang dia percayai selama ini. Matahari sudah jatuh. Tari yang paling mengerti kondisi Ari berusaha menjadi penopang untuk pemuda itu. Tapi lagi-lagi sesuatu hal terjadi dan membuat segalanya semakin rumit. Kali ini tak hanya satu matahari, matahari lainnya pun ikut terjatuh. Keduanya sama-sama tenggelam dalam ketidakberdayaan takdir.


Terkadang diam adalah dukungan terbaik
yang dapat kamu berikan dibandingkan dengan kata-kata.
Tak jarang diam justru mengartikan segalanya nggak dapat diungkapkan.
- Page 136


Well, asli.. baca cerita JUM versi ini itu beneran menguras emosi. Aku beneran nangis sesenggukan. Sempat mikir, kok bisa sih ada orang setega dan sejahat itu? Kok bisa sih takdir begitu kejam mempermainkan anak manusia? Beneran pengen nangis lagi kalau inget aku, huhuhu..


Alur ceritanya beneran nggak ketebak. Terlebih pas bagian Tari mendapat peringatan dari tiga orang yang berbeda perihal Ari. Itu beneran bikin bingung, mencoba menebak-nebak bakalan dibawa kemana sih cerita ini.


Kalau emang lo bisa ngelakuin segalanya untuk Ari,
lo juga harus bisa ngelakuin hal itu ke gue.
-  Page 23



Tar, jangan pernah deket-deket dengan orang yang namanya Ari, ya.
- Page 37



Gue minta... tolong jangan pernah tinggalin Ari, ya Tar..
Jangan tinggalin dia....
- Page 69


Tapi makin dibaca, konfliknya makin terasa dan bisa dipahami. Jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada didua buku sebelumnya mulai terungkap di sini. Seperti masa lalu Ari/Ata baik kehidupan dan keluarganya, sosok Ata yang sebenarnya, sosok Angga dan dendamnya, terus Ridho dan Oji dll.


Banyak bagian seru yang bikin ngakak dan semangat, seperti aksi Tari yang berantem sama Vero, pimpinan geng The Scissors itu, atau kekonyolan Oji di tengah konflik yang memanas dan sukses bikin ketawa. Atau kesedihan mendalam bareng Ridho, dan kehancuran pas para matahari jatuh. Ceritanya beneran kompleks deh pokoknya. Semua rasa bercampur asuk di sini.


Oh ya, bakalan ada karakter baru di sini. Gita. Buat yang udah baca buku sebelumnya pasti nggak asing sama nama ini. Dia punya peran yang bisa dibilang cukup penting dalam cerita ini. Dan aku suka perkembangan karakter dia di sini.


Intinya aku suka banget cerita versi ini. Baik alurnya, konfliknya, perkembangan karakternya, cara penulis bercerita itu beneran mirip Kak Esti dan bisa bikin aku sebagai pembaca larut dalam cerita. hanya saja, kalau kamu lebih suka versi ini seperti aku, berarti harus siap kalau cerita jingga ini bakal berakhir di buku ini. Alias seperti rencana awal, menjadi trilogi, tamat di buku ketiganya.

Rate 4,5/5 bintang


Ata seperti lava yang menggelegar. 
Menghancurkan semua yang ia lewati.
-  Page 219



Ata adalah dinding yang kokoh tak teraih, tak terjangkau.
Ata adalah badai yang kuat dan dingin.
Ata adalah lava yang meggelegar dan menghancurkan.
Ata adalah seorang yang berjalan dengan pisau menancap di dadanya.
- Page 229/230


***


P.s.

Di kata pengantar buku JUM yang terbit, ada kalimat yang kemudian bikin aku merenung,


Merombak lagi naskah JUM dari awal
menjadi penyebab utama termangsanya banyak sekali waktu.


Entah kenapa pas baca bagian itu, aku ngerasa sebenarnya naskah JUM versi pdf yang beredar di internet itu ada kemungkinan naskah awal yang sudah ditulis Kak Esti. Tapi entah karena apa, terjadi perubahan yang menyebabkan perombakan naskah JUM dari awal. Itu hanya spekulasi pribadi semata ya, soalnya gaya tulisannya beneran mirip sama tulisan Kak Esti. Tapi entahlah, hanya Allah, Kak Esti dan pihak penerbit yang tahu kebenaran aslinya. Yang lebih penting sekarang buku ketiga sudah terbit, dan tinggal menunggu buku keempatnya.



2 komentar:

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN

BOOK REVIEW : BOKUTACHI NO UNMEI By ORIHARA RAN Judul : Bokutachi no Unmei Penulis : Orihara Ran Penerbit : Penerbit Diva Press Cetakan pert...